Merinding, Legenda Pulau Mintin, Pulau di Tengah Sungai Kahayan yang Pernah Disinggahi Presiden RI Soekarno
Sekilas gugusan Pulau Mintin hanya terlihat jadi satu pulau. Terdapat berada di Desa Mintin, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau. Pulau yang memiliki tiga bagian ini kenyataannya memiliki legenda, mitos dan cerita mirakel yang masih tetap terkubur dan belum terangkat ke permukaan.
Pulau dengan titik koordinat LS 02° 50◦ 16,33" dan BT 114° 12' 20,3" hanya dapat disinggahi melalui transportasi air. Tidak jumlahnya waktu yang digunakan untuk sampai pulau ini. Sekitar 15 menit dari tempat penyeberangan feri di Desa Mintin, kita sudah diberikan pemandangan alam dengan performa rimba dengan berisi beberapa type flora dan fauna didalamnya.
Menurut legenda, Pulau Mintin jadi rumah naga dan buaya. Dari cerita turun temurun yang ada di masyarakat di tempat, konon proses terbentuknya Pulau Mintin berjalan zaman Temanggung Darung Bawan. Sebelum jadi satu pulau, di daerah itu ada satu menara tinggi yang di atas pucuknya ada satu batu merah. Tidak itu dengan detail siapa yang membuat menara itu yang ceritanya sudah berdiri sebelum zaman Temanggung Darung Bawan.
Raja Penyakit yang turun dari langit lalu coba bersemayam pada batu merah itu. Ini membuat Temanggung Darung Bawan jadi marah sampai memotong menara jadi tiga bagian. Potongan bagian bawah selanjutnya disebutkan untuk Pulau Mintin Besar, bagian tengah menara disebut Pulau Mintin Tengah, dan pucuk menara disebutkan untuk busung. Pulau Mintin Besar sering disebut Kambe Hai. Konon di pulau ini dihuni seekor naga dan dihuni mahluk halus yang memiliki perawakan tinggi dan besar. Dari narasi turun-temurun, buat yang memiliki nazar atau kemauan, jika dipenuhi harus bayar dengan babi jadi makanannya. Bagian ujung samping utara pulau ini ada lubang di bawah air yang disebutkan jadi rumah si naga. Bila berjalan gerakan air dan riak, masyarakat di tempat percaya naga yang tinggal didaerah ini sedang kembali lagi atau keluar dari sarang.
Pulau Mintin Tengah yang disebut Pulau Mintin Kecil oleh masyarakat di tempat jadi Djata. Pulau ini dihuni seekor buaya kuning. Sampai sekarang ini, masyarakat masih ada yang melihat penampakan buaya kuning itu. Di pulau ini ada rumah keramat, yang buat jadi menjadi tempat pertapaan yang digunakan oleh masyarakat di tempat untuk kemukakan beberapa keinginan. Busung ialah bagian teratas menara ialah pulau yang tidak terlihat karena berada di di air. Pulau ini ada ditengahnya antara Pulang Mintin Besar dan Pulau Mintin Tengah. Mitos busung ini cukup unik. Masyarakat di tempat sampai saat ini percaya, bila batu merah dari menara ini yang bisa membuat air asin yang masuk dari laut jadi tawar.
Cerita lain dibalik Pulau Mintin ini banyak masyarakat yang belum mengetahui.
Pulau ini sempat disinggahi untuk bertapa oleh Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir Soekarno dan Tjilik Riwut yang pada saat ini adalah putra terbaik juga sekaligus tokoh Kalimantan Tengah. Tidak dijumpai tentu saja kapan orang nomor satu pertama di republik ini bertandang dan bertapa di pulau itu, karena aktor kisah yang mengetahui tepat ini telah meninggal dunia dan hanya diteruskan oleh garis turunan saja.
Cerita unik lainnya sempat dirasa oleh masyarakat di tempat. Berdasarkan beberapa sumber yang dijumpai, sempat diantaranya warga dengan menggunakan perahu lewat jalan sungai yang ada lubang naga. Tiba-tiba, dalam tempat lubang mendadak berjalan gerakan air. Cerita lain mengatakan, ada perahu yang tidak berani melalui dan putar arah karena melihat dalam tempat itu ibarat di-tabat (bendung). Masyarakat percaya kedatangan naga bisa ditunjukkan ada dan hanya orang yang untung saja bisa melihat adanya penampakan seperti ini. Disadari, kedatangan naga jadi pelindung Pulau Mintin Besar. Tragisnya, banyaknya legenda, mitos dan mirakel dari Pulau Mintin ini yang dijumpai oleh masyatakat luas. Tidak ada referensi Pulau Mintin yang dituangkan ke satu buku agar dikenang oleh anak cucu untuk hari depan. Kurang sigapnya beberapa penopang keperluan di daerah di tempat membuat legenda, mitos dan mirakel pulau ini tinggal cerita dari mulut ke telinga.
Wawan dan Uhing, 2 orang tokoh Desa juga sekaligus tokoh yang memiliki garis turunan dari Litae Laga dan Dewik Krasan yang mengetahui keterkaitan pulau itu, mengakui bila legenda, mitos dan mirakel dari Pulau Mintin ini seharusnya bisa buat jadi daerah di tempat jadi diantaranya obyek wisata yang perlu dinaikkan. Menurutnya, di Pulau Mintin Kecil ada satu makam yang dikeramatkan oleh masyarakat di tempat, sampai tempat ini bisa buat jadi obyek wisata ziarah buat masyarakat. "Ada banyak kekhasan dari Pulau Mintin. Di Pulau ini ada banyak type tanaman rimba temasuk tanaman obat hewan-hewan yang dilindungi seperti bekantan dan kalaweit. Karena tidak diurus dengan istimewa, banyak spesies hewan dan tanaman yang mulai berkurang," kata Wawan.
Pulau Mintin pun tidak terlepas dari pembalakan liar. Dulu, jelas Wawan, rimba di daerah ini memiliki beberapa pohon yang cukup besar. Bentangan tangan dari 3 orang manusia peluang bisa untuk mendeskripsikan berapakah besarnya ukuran pohon yang awalannya tumbuh di daerah ini. Menurutnya, pada suatu hari lebah yang hidup di pulau ini bisa menghasilkan seputar tiga drum madu murni, tapi semua tinggal waktu dulu yang hanya bisa diceritakan pada anak cucu.
Wawan kembali lagi ingat, ada banyak cerita dibalik Pulau Mintin. Dari Pulau ini juga sempat ditemukan seperti peralatan memasak yang diperkirakan dibuat di saat raja-raja pada zaman dahulu kala. Dan, si dia tidak memungkiri buat sebagian orang spesial masih dapat melihat kedatangan "Batu Merah" dan " Kambe Hai" yang dilihat sakral oleh masyarakat di tempat.
Kenaikan Obyek Wisata Bisa
Pulau Mintin yang memiliki legenda, mitos dan cerita mirakel didalamnya, belum dapat membuat beberapa penopang keperluan di daerah di tempat membuka mata. Kepala Badan Penanaman Modal dan Service Terpadu satu Pintu (BPMPTSP), Usis I. Sangkai menerangkan bila untuk kenaikan obyek pariwisata, semua penopang keperluan harus duduk pada suatu meja. "Ini agar arah dari kenaikan obyek pariwisata bisa berjalan dengan cara baik, karena untuk merealisasikannya tidak bisa ditangani sendiri-sendiri," kata Usis.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata harus semakin intens kerjakan beberapa usaha, agar Pulau Mintin yang kaya kemampuan ini bisa dapat jadi daya tarik wisata buat masyarakat lokal dan manca Negara. Dan, Usis mengakui terkejut, jika ada cerita bila Presiden Pertama RI Ir Soekarno sempat bertandang dan bertapa di Pulau Mintin. Cerita seperti ini seharusnya bisa mengusung nilai jual kemampuan wisata di daerah itu. Bukan hanya nilai jual legenda, mitos dan cerita mirakel didalamnya, Pulau Mintin ini terdapat tidak jauh dari Jalan Trans Kalimantan. Satu tempat perlintasan taktiks yang bisa jadi keuntungan untuk kenaikan bagian pariwisata.
Usis I. Sangkai menerangkan pihaknya betul-betul memberikan apresiasi dan suport pada investor yang berkeinginan tingkatkan bagian pariwisata di daerah di tempat. Tapi sejauh ini untuk keinginan perizinan pada service lingkungan masih belum ada investasi masuk. Pariwisata sendiri di daerah di tempat belum berkaitan dilirik oleh pihak investor, walaupun banyak banyak daerah yang potensial untuk dinaikkan. Pemerintah di tempat, papar Usis, bisa siapkan beberapa fasilitas-fasilitas untuk buat hidup tempat itu, diantaranya penyediaan rest ruangan, fasilitas kuliner, pusat kenangan, penataan tempat dan titian di tempat, serta memberikan pengetahuan pada kelompok-kelompok masyarakat yang intens dalam pengaturan pariwisata.
Suport terdapatnya rest ruangan ini disebutkan Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo), Rustam Ahmidie. Menurutnya, pembangunan rest ruangan dapat ditangani pada daerah yang mempunyai potensi wisata. Ditambah letak geografis Pulang Pisau, yang ada di antara track dua provinsi yaitu Kalimantan tengah dan Kalsel. "Kehadiran rest ruangan betul-betul diperlukan untuk pengendara yang lelah setelah kerjakan perjalanan, ini yang bisa dipakai jika dipadukan dengan daerah yang memliki obyek wisata," jelas Rustam.
Kepala Desa Mintin, Rusmagau mengungkapkan pihaknya tidak tutup buat siapa saja yang berkeinginan tingkatkan Pulau Mintin untuk buat jadi obyek wisata. Sedikit literatur yang bisa didapat dalam buku-buku, karena legenda, mitos dan cerita mirakel dari pulau ini hanya diceritakan dengan turun temurun. Rusmagau berharap pada penopang keperluan agar bisa tingkatkan kemampuan yang ada di wilayahnya itu. Bukan hanya melestarikan Pulau Mintin jadi daya tarik wisata dipadukan dengan tradisi dan adat istiadat, dapat bawa serta dampak pada pertambahan perekonomian buat masyarakat di tempat.