Sehari Tambah 50 Pasien COVID-19 di Wonosobo, RS Tak Cukup Menampung
Pasien terverifikasi COVID-19 di Kabupaten Wonosobo makin bertambah 50 orang pada Senin (7/9/2020). Jumlah ini adalah yang paling tinggi semenjak penentuan epidemi pada Maret 2020.
Pada Selasa (8/9/2020) banyaknya pasien kembali lagi makin bertambah 16 orang. Dengan begitu, keseluruhan pasien COVID-19 di Kabupaten Wonosobo capai 340 orang, dengan perincian 239 dalam perawatan, 174 dipastikan pulih, serta 4 orang wafat.
Untuk kepentingan perawatan pasien COVID-19, Pemkab Wonosobo mempersiapkan tiga rumah sakit, yakni RSUD Setjonegoro, RSI Wonosobo, serta RS PKU Muhammadiyah. Kecuali tiga rumah sakit itu, Gugus Pekerjaan Perlakuan COVID-19 mempersiapkan gedung karantina Balai Latihan Kerja Kertek, Sanggar Pekerjaan Belajar (SKB) Sidojoyo, serta gedung Bekas Akademi Keperawatan yang sekarang diurus Bapelkes Propinsi Jawa Tengah.
Paling akhir Gugus Pekerjaan mempersiapkan bekas kantor Dinas Pangan Pertanian Peternakan serta Perikanan (Dispaperkan) untuk gedung karantina ke-4. Gedung memiliki 40 pasien ini diprediksikan berperan penuh pada 2 hari ke depan.
Gedung-gedung ini dipakai untuk menutup pasien dengan COVID-19 positif tetapi tanpa ada tanda-tanda, atau mungkin dengan tanda-tanda tetapi benar-benar mudah. Kepala BPBD Kabupaten, Zulfa Ahsan Alim menjelaskan faksinya sudah usai mempersiapkan Gedung Bekas Akper Pemprov.
"Untuk gedung bekas AKPER atau Balai Training Kesehatan Pemprov Jateng per Sabtu malam (6/9/2020) sudah siap dengan kemampuan bed sekitar 50 sampai 60," kata Kepala BPBD Kabupaten, Zulfa Ahsan Alim.
3 trik menang taruhan sportsbookJuru Bicara Gugus Pekerjaan Pemercepatan Perlakuan COVID-19 Kabupaten Wonosobo, dr Muhammad Riyatno menerangkan, tambahan gedung karantina karena tambahan masalah positif yang capai angka 50 orang pada Senin (7/9) serta 16 orang lagi pada Selasa (8/9).
Dengan banyaknya pasien capai 239 orang, kemampuan ruangan perawatan di tiga rumah sakit serta tiga gedung karantina belum juga cukup memuat pasien. Karena, kebijaksanaan pemda mewajibkan semua pasien terverifikasi positif COVID-19 dirawat di dalam rumah sakit serta gedung karantina sesaat.
Karenanya, penambahan gedung bekas Dispaperkan menurut dia benar-benar menekan. Dia mengharap penambahan bekas Dispaperkan untuk tempat isolasi dapat menampung semua pasien.
"Masalah lain ialah bertambahnya masalah yang dari waktu ke waktu susah diperkirakan. Rata-rata kesembuhan pasien bertambah kecil dari bertambahnya masalah, dan masih ada beberapa ratus contoh uji swab yang belum menimbulkan hasil, pasti perlu mengantisipasi penambahan gedung," tutur ia.
Bila empat gedung yang sudah disediakan masih tidak cukup, dia merencanakan memperlebar pendayagunaan Gedung SKB di Sidojoyo. Sekarang ini baru beberapa dari kemampuan gedung SKB yang digunakan untuk tempat isolasi.
Kepala Sisi Umum Setda, Supriyadi menjelaskan perlu kerja tambahan untuk menyiapkan gedung bekas Dispaperkan untuk tempat isolasi. Karena pasien COVID-19 yang baru terverifikasi harus mendapatkan sarana perawatan yang wajar.
"Waktu persiapan baru dapat diawali ini hari, serta secepat-cepatnya atau dalam 2 hari ke depan harus siap dipakai," katanya, Selasa (8/9/2020).
Dia memberikan tambahan, beberapa sarana seperti keperluan tempat tidur, ruangan menjaga tenaga kesehatan, sarana kamar mandi dan mushola masih juga dalam step penuntasan. Pembersihan baik di atau di sekitar lingkungan gedung bekas Dispaperkan cukup kuras tenaga dan waktu sebab telah lebih dari dua bulan dibiarkan.
Tingginya tambahan angka COVID-19 yang dalam satu bulan paling akhir tidak terlepas dari pencarian alias tracing yang massif oleh beberapa petugas Dinkes serta Gugus Pekerjaan Kabupaten. Pada Agustus lantas, lebih dari 1.500 spesimen hasil uji swab dikirim ke laboratorium serta sampai sekarang terus bersambung.
Tambahan masalah COVID-19 meningkatkan beban kerja serta efek beberapa tenaga kesehatan. Beberapa puluh tenaga kesehatan sudah terkena COVID-19. Data paling akhir menyebutkan keseluruhan ada 47 tenaga kesehatan yang terverifikasi positif COVID-19.
Dengan cara accumulative, seputar 50 % sarana kesehatan Puskesmas sudah terpengaruh. Serta antara Puskesmas itu ada yang ditutup sesaat, yakni 3 x 24 jam untuk kepentingan desinfeksi. Walau tidaklah sampai tutup semua service, tetapi hal tersebut membuat masyarakat di beberapa daerah harus geser ke puskesmas lain.